Di zaman yang serba susah ini semakin banyak orang yang mengeluh. Dari mulai mengeluhkan jalan raya yang macet, sampai urusan gaji ngga naik-naik. Salah siapa?
Kalau mau cari salah siapa paling gampang, macet salahnya orang-orang yang bawa mobil cuma berpenumpang satu setiap hari. Nah lho, berarti salah kamu sendiri donk?
Kalau gaji ngga naik-naik itu salahnya pegawai yang kurang tekun bekerja, di kantor kebanyakan ngerumpi dan buka akun sosmednya yang followernya udah buanyak. Berarti salah kamu lagi donk?
Ask yourself, make a review!
1. Kenapa ngga bisa nabung setiap bulannya?
Sesekali hitung gaji kamu, dan hitung pengeluaranmu setiap bulan. Bisa mengoperasikan basic Microsoft Excel kan? Ga perlu kalkulator, tinggal sum dan pake formula. Ok kalo masih sulit, pake kalkulator HP smartphone-mu aja deh. Dari situ ketauan, gaya hidup kamu sesuai ga dengan pendapatanmu. Besar pasak dari pada tiang ngga? Kamu model yang makan siang di mall ketika gajian dan makan siang di kantin saat belum gajian ga? Kamu tipe yang selalu butuh baju baru padahal lemari udah ga muat ga? Jangan meminta naik gaji hanya karena ingin seluruh biaya gaulmu terpenuhi tapi ngga bisa berhemat dan kurang bijak mengatur keuangan.
2. Sudah berapa tahun ngga naik gaji?
Well, ga beda jauh sama presiden. Pernah dengar lelucon: kesamaan pegawai dengan presiden itu satu: gaji ga naik-naik. Coba tanya sama diri sendiri, apakah sudah cukup layak naik gaji atas performa kita di kantor (saya ga bahas naik gaji akibat inflasi di sini). Tiga tahun kerja masih semangat, masuk tahun keempat dan kelima mulai demotivasi. Datang ga jelas jam berapa, langsung sarapan di kantin. Baru balas email klien satu, udah siap-siap lunch, di mall pula yang lokasinya bermenit-menit dari kantor. Kelar makan balas email klien yang satu lagi, habis itu ngopi time. Setelah ngopi, bikin draft proposal. Baru draft lho, belum final, karena ga sempat udah waktunya pulang.
Kalo kamu punya perusahaan, kira-kira bakal mempekerjakan orang model gini ngga? Kalo saya sih jelas ngga. Miara benalu cuma bikin perusahaan rugi, bayarin gaji tapi ga produktif. It counts to cost without revenue!
Lalu kenapa berharap naik gaji? Ukurannya apa? Atau kalau memang benefitnya sudah dirasa ngga memadai lagi, kenapa ga resign dan cari kantor lain? Takut ga diterima? Lha ya wajarlah, orang ga pede sama diri sendiri. Gimana bisa pede, skill aja mepet. Saya percaya orang kalau percaya diri, usia berapapun, skillnya bagus, pasti kepake di mana aja. Naif? It's up to you.
3. BBM naik lagi.
Terus kenapa? Pelajari kenapa subsidi BBM harus dicabut, cerna, lalu pahami dampaknya bagi kehidupan kita di masa depan, ga cuma buat kamu dan saya, tapi generasi kita di tahun-tahun berikutnya. Pemerintah juga harus hemat, hemat dengan menghapus anggaran subsidi BBM, demi mengalokasikannya ke pembangunan infrastruktur baik itu jalan raya, sekolah, fasilitas kesehatan dan sebagainya. It's not about being pro or cons to the current president lah ya. Grow up! Dari jaman alm. Pak Harto BBM juga sudah sering naik. Lupa?! Segampang itu lupa 32 tahun lamanya?
BBM memang sedikit banyak memberi dampak pada kenaikan kebutuhan pokok sehari-hari. Tetapi kalau kamu bijak, kamu bisa mengalah untuk mengurangi biaya pergaulan untuk dialokasi ke kebutuhan pokok ini. Kalu ga gaul atau ga eksis masih bisa hidup lho, kalau ga makan, bisa sakit! Lagi pula, dari sepanjang hidup ini BBM sudah berkali-kali naik, apa iya kamu jadi ga berangkat ke kantor karena biaya transportasi jadi dirasa terlalu mahal? Ah, bukannya setahun sekali juga masih bisa travelling naik pesawat?
4. Think clearly!
Sudahlah kawan, jangan mencaci-maki terus. Stop posting hal yang ga inspiratif di sosial media, provokatif, tapi kamu ga berusaha menciptakan perubahan itu sendiri: buat dirimu, masa depanmu, dan buat negara tercinta kita Indonesia. Udah saatnya kita berubah, dan perubahan itu harus datang dari diri sendiri, menjadi role model buat orang lain, lalu orang lain menjadi role model buat orang lainnya lagi, dst. Ayo dong, #AyoBerubahDariDiriSendiri.
Dalam hidup ini ngga ada sesuatu yang instan selain mi dan susu. Untuk lahir ke dunia aja butuh perjuangan ibu dan janin selama 9 bulan di kandungan. Apalagi untuk menjadi orang sukses dan manusia hebat? Sayangnya ukuran sukses dan hebat yang orang umum pakai itu adalah masih bersifat materiil. Saya ga bilang bahwa hal-hal yang bersifat materiil itu ga penting loh ya. Tetapi akhirnya karena hal-hal materiil itu tidak terpenuhi sesuai dengan apa yang diinginkan (bukan cuma sesuai dengan apa yang dibutuhkan), sering kali orang kecewa, mengeluh dan misuh-misuh sendiri bilang pemerintah ga adil, perusahaan ga adil. hidup ini ga adil. Hidup ngga selalu tentang adil atau tidak adil. Tetapi soal mencari dan menciptakan peluang. Di zaman serba susah ini ada kemudahan teknologi, manfaatkan donk buat hal-hal yang positif.
Stop complaining deh, dan coba lebih kreatif untuk maju. Caranya? Masak harus saya yang jabarin juga, baca-bacalah success story orang lain yang patut ditiru dan inspiratif. Cari tahu apa yang kamu mau dan suka untuk lakukan, lalu kembangkan dan jadikan itu berhasil. Hidup penuh keluhan itu capek lho bro, sis. Dari pada capek ngeluh lebih baik capek berkarya. Setuju?
.cis.