Saturday, April 4, 2020

15 Sisi Positif Pandemi Corona

Ternyata corona tidak hanya bawa dampak negatif, tapi juga positif.
Khawatir, takut, cemas, jenuh, stres, bingung dan segudang perasaan tidak enak lainnya sudah kita rasakan sejak awal Covid-19 menembus negeri kita di tanggal 2 Maret 2020 pasca Pak Jokowi mengumumkan pasien positif corona.

Tidak lama setelahnya, 16 Maret 2020 social distancing dan himbauan lainnya diterapkan untuk mencegah penyebaran virus lebih luas. Masyarakat diminta untuk #jagajarak sosial dan melakukan kegiatan apapun #dirumahaja. Minggu pertama terlihat sambutan masyarakat terhadap social distancing ini cukup positif, jalanan dan tempat publik sepi, artinya cukup berjalan efektif, orang-orang langsung ngendon di rumah: ada yang Work From Home (WHF), menemani anak Study From Home (SFH), dan seterusnya.

Minggu kedua, orang mulai jenuh, ini tampak dari isi Instagram mereka. Masuk minggu ketiga, cobaan tambah berat, tapi kalo saya lihat, rasanya orang-orang jadi lebih berserah, sehingga meski stres, tapi terlihat berusaha menikmati, menyibukkan diri, jadi lebih kreatif untuk memanfaatkan waktu.

Itu semua membuat saya terinspirasi untuk menulis artikel ini, setelah melihat banyak hal positif yang bisa kita petik dari dampak social distancing akibat corona. So, here goes, get your coffee, this is going to be a quite long reading, lol! :D

Berikut Ini 15 Sisi Positif Pandemi Corona

1. Jadi lebih dekat dengan keluarga

Dalam kondisi normal, orang tua dan anak-anak bisa berkumpul bersama hanya beberapa jam saja dalam satu hari. Sejak social distancing, hampir 24 jam bersama terus, dan hampir semua kegiatan dilakukan bersama. Jadinya, antar anggota keluarga semakin dekat satu sama lain. 

2. Kenalan dengan berbagai aplikasi virtual meeting

Tadinya mungkin nggak banyak yang pakai aplikasi virtual meeting untuk kegiatan sehari-hari, tapi sejak social distancing diterapkah, kebutuhan menggunakan aplikasi semacam Google Hangout, Zoom, Microsoft Team untuk WFH dan SFH jadi tinggi. Sisi positifnya, masyarakat jadi naik level lagi dalam penggunaan teknologi. 


3. Lebih kreatif, lebih aktif

Kakak saya ngecat tembok rumahnya cukup unik saking isengnya untuk isi waktu. Beberapa teman banyak membuat kreasi mainan edukasi untuk aktivitas harian anaknya.


4. Lebih banyak gerak

Dari tiktokan, exercise sendiri di rumah hingga jalan pagi atau menemani anak bersepeda sambil berjemur. Rupanya #dirumahaja malah bikin rajin buat gerak. Tidak bisa keluar rumah pun ngga menyurutkan semangat olahraga, karena bisa dilakukan dengan live streaming juga!

5. Ada waktu lebih buat bersantai

Biasanya, hari-hari terlalu sibuk untuk kerja, urus anak, urus rumah tangga, urus perintilan dari yang penting banget sampe yang kurang penting. Hiburannya biasanya weekend doang, itu juga nggak cukup. Saat ini, waktu kerjanya berkurang, waktu bersantai bisa bertambah. Di sela-sela kegiatan jadi bisa Netflix-an, atau tidur siang. Kapan lagi bisa begini? Yihaaaa!

6. Rajin masak dan makan makanan sehat

Beberapa orang yang tadinya tampak jarang masak (mungkin nggak sempat karena sibuk), sejak #dirumahaja, jadi makin rajin masak karena merasa lebih aman, lebih bersih, lebih sehat dan lebih fun. Masak juga berfungsi sebagai self-therapy untuk mengusir kebosanan.

Karena rajin masak pula, jajan di pinggir jalan jadi jauh berkurang. Kita juga jadi lebih sadar untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi makanan bernutrisi supaya nggak rentan terinfeksi virus.

7. Bumi juga makin sehat

Nggak hanya kita yang makin sehat, bumi pun istirahat dari polusi kendaraan hasil bermacet-macetan dari aktivitas masyarakat sehari-hari. Bahan bakar pun terjaga suplainya. Sejak social distancing, jalanan menjadi sepi, tingkat polusi berkurang jauh, udara di luar jadi lebih sehat untuk dihirup. Semoga, ini pertanda baik untuk kehidupan kita selanjutnya. Dan ketika pandemi berakhir nanti, tetap jaga bumi, ya!

8. Tiba-tiba jadi guru!

Aha! Ini buat para ortu yang anaknya SFH, mendadak kudu jadi guru di rumah. Minggu pertama mungkin banyak yang kagok, atuh susah ngajarin anak, susah sabarnya hahahaha! Lama-lama kayak kebiasa (apa engga juga? hahaha..), karena udah jadi kewajiban rutin harian. Toh, ngga saklek banget juga kayak belajar di sekolah harus dari jam sekian sampai jam sekian, lebih fleksibel, jadi masih bisa lah, ya!

9. Berkebun

Nah, yang satu ini saya kerjain, berkebun sederhana. Rapiin pot yg udh acak adut ga kepegang selama berbulan-bulan akibat sibuk banget tahun lalu. Akhirnya dirapiin dikit-dikit, ngerjainnya dicicil, sesempatnya dan semoodnya. Oya, saya juga jadi nyobain nanam bayam, lumayan kan 1x panen bisa buat 1x nyayur, bisa bikin konten: This is from my own garden, ciyeeehh! Teteup, konten! Hahahaha..
Spinach is on the way

10. Rajin masak dan bikin kreasi camilan bareng anak

So far saya udah bikin coklat bar lapis biskuit, risol, mie ayam. Next: dalgona coffee yg lagi hype. Dan kegiatan bebikinan makanan ini disuka banget sama anak pertama saya, jadi sekalian buat bonding activity, walau kadang-kadang:
Anak: Mama aku boleh nggak tuang tepung?
Mama: Mama aja ya, nak, kan kamu belum tau takarannya.
Anak: Trus aku apa dong?
Lalu rada ribut deh hahahahaha.. ya di situ sih serunya, darting-darting dikit trus manis-manis lagi :D

11. Jadi extra care dengan kebersihan

Walau tadinya udah cukup "ketat" sama kebersihan, tapi ini lebih ketat lagi. Lebih army lagi gayanya kalo ada kotor-kotor: cuci tangan cepat, jangan kucek-kucek mata, hayo bersin ditutup! Anak pertama saya malah lebih aware dibanding saya untuk bersin ditutup pakai lengan (karena saya dari dulu tutup pakai tangan), dan dia ajari saya: Mama kalau bersin jangan tutup pakai tangan, tapi pakai lengan, nanti kan tangannya jadi kotor kena bersin, trus pegang sesuatu, bahaya. Trus aku ngikutin dia dong sekarang, dan ga pernah bersin tutup pakai tangan lagi *grind*.

12. Lebih menghargai profesi orang lain

Mungkin beberapa profesi sebelumnya dianggap lebih hebat dan lebih dihargai oleh sebagian orang. Tapi sekarang, setiap lapisan masyarakat semakin menaruh apresiasi terhadap profesi apapun. Mulai dari tenaga medis dari dokter, perawat, petugas lab hingga petugas kebersihan yang terjun langsung menangani para pasien Covid-29 dan bersedia mengambil risiko tertular virus, jarang bertemu keluarga, kurang istirahat, dan sejuta konsekuensi lainnya; hingga para pekerja harian yang berjuang pulang ke rumah setiap hari membawa rejeki bagi keluarga seperti: ojek online, taksi online, pedagang makanan, dan profesi lainnya terutama yang tidak bisa dilakukan secara remote atau WFH seperti barista kopi, pegawai restoran, pegawai di supermarket yang mana pengunjungnya masih terus ada. Shout out buat kalian!

13. Empati semakin tumbuh

Dari menghargai pekerjaan orang lain itu, lalu empati masyarakat semakin tumbuh. Sehingga banyak pihak yang turut mengambil bagian untuk berdonasi, misalnya menyumbangkan APD bagi para tenaga medis di rumah sakit-rumah sakit, aksi belanja sembako buat para supir ojek online atau mereka, para pekerja harian. Bahkan pemerintah pun mengeluarkan kebijakan yang cukup melegakan bagi para pengusaha UMKM dan pekerja harian tadi dengan memberikan relaksasi angsuran kredit. Sungguh indah, ya!

14. Bangsa bersatu karena virus

Biasanya Tim A sahut-sahutan sama Tim B nunjukin pro sama tokoh politik tertentu terus menjelekkan tokoh lainnya. Biasanya oknum di DPR sana celoteh nggak karuan asal "njeplak". Kadang pejabat pemerintah ada aja yang komen nyeleneh trus netijen kesenengan nyambut dengan bikin viral. Tapi, udah satu bulan ini, rasanya semua itu lagi cuti. Dari pihak pemerintah yang terdengar hanyalah upayanya untuk terus berjuang mengatasi situasi dan berusaha ngademin hati rakyat yang udah cukup panik dibuat corona jelek ini. Trus netijen juga jadi lucu-lucu postingannya di media sosial, nggak bikin emosi netijen lain seperti di masa lalu.

15. Semakin dekat dengan Tuhan dan lebih banyak bersyukur

Di kala kondisi normal, mungkin tanpa sadar kita kurang bersyukur, namun saat kondisi begini, kita kembali diingatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Kita jadi lebih sering berdoa, baik untuk diri sendiri, maupun orang lain. Selain itu kita juga lebih mensyukuri betapa berharganya kesehatan yang Tuhan beri untuk kita.

See, kalau kita mau lihat sisi positifnya, and keep counting our blessings, it's not that bad, huh?!

Yuk, lanjutin keadaan baik ini sampai kapanpun, walau corona nanti sudah berlalu. 

Tuesday, January 14, 2020

Bombshell: Realita Pelecehan Seksual di Lingkungan Kerja

imdb.com
Sesaat setelah nonton Bombshell, saya tergugah untuk menulis ini. Betapa miris, kenyataan yang terjadi pada perempuan di lingkungan kerja. Pelecehan seksual di tempat kerja bukan hal baru yang terjadi di dunia kerja. Entah sejak kapan, peristiwa pelecehan seksual di tempat kerja sudah terjadi.

Diangkat dari Kisah Nyata

Film Bombshell, mengangkat kisah nyata skandal seks di Fox News tahun 2016 silam yang dilakukan oleh CEO Fox News, Roy Ailes (John Lithgow) kepada sejumlah karyawan perempuannya. Sang bos menyalahgunakan otoritas yang ia miliki untuk menerapkan aturan-aturan tidak logis, contohnya, menggunakan rok mini demi mempertontonkan kaki di depan kamera.

Pelecehan yang telah berlangsung lama di balik perusahaan pertelevisian raksasa Amerika milik Rupert Murdoch itu tidak pernah terungkap ke publik hingga mantan news anchor Gretchen Carlson (Nicole Kidman) nekat angkat bicara, dan di situlah dimulai perlawanan akan tindakan sang CEO.

Berkisah Tentang Pelecehan Seksual Di Lingkungan Kerja

Mungkin kebanyakan dari kita menebak pelecehan seksual kerap terjadi di dunia kerja bidang entertainment, atau kalangan selebriti. Berkaca dari film Bombshell, pelecehan juga terjadi di lingkungan kerja profesional dimana orang-orangnya menggunakan jas rapi, lingkungan orang terpelajar, profesional, ambisius dan career oriented. Namun, balutan jas rapi tetap tidak bisa menahan hasrat seksual seseorang. Justru akhirnya balutan jas yang membungkus kekuasaan petinggi perusahaan mampu memberikan akses seksual kepada para pekerja perempuannya.

imdb.com
Pelecehan seksual yang terjadi ini berhubungan erat dengan nasib karir karyawan Fox News. Tiga tokoh utama dengan latar alasan berbeda terjebak dengan kisah seksual yang sama dengan Ailes. Selain Gretchen Carlson, ada Megyn Kelly (Charlize Theron), news anchor yang menjadi moderator debat capres 2016, dimana Megyn mencapai posisi puncak bukan tanpa pergumulan. Karirnya diancam hancur bila tak memenuhi kehendak sang bos. Lalu ada Kayla Pospisil (Margot Robbie), gadis polos dan alim yang memiliki keinginan murni belajar dan berkarir di dunia pertelevisian, jatuh juga dalam kubangan yang sama dengan Carlson dan Kelly.

Dengan menonton Bombshell, kita diajak untuk melihat sisi lain dari realita kehidupan di dunia kerja. Ada pelecehan seksual dengan berbagai bentuk, mulai dari pelecehan seksual secara verbal, melontarkan lelucon seksis, hingga pelecehan seksual fisik, baik menyentuh, meraba hingga ajakan berhubungan seksual dengan ancaman atau iming-iming.

Selain itu, ada persaingan ketat, ambisi karir, gosip-gosip dari isu ringan hingga sensitif seputar perusahaan, dan bagaimana sulitnya menjalin hubungan yang dapat dipercaya dengan rekan satu kantor. Soal pelecehan seksual, bahkan bisa dibilang ada "pembiaran" atau sikap masa bodoh, pura-pura tidak tahu dari segelintir orang yang menyadari hal ini karena merasa terintimidasi dengan berbagai risiko yang bakal dihadapi.

Pesan Moral yang Kuat

Menurut saya, film ini benar-benar memiliki pesan moral yang kuat. Film ini membuka kenyataan bagaimana sebagian perempuan masih struggle untuk bisa ada di urutan depan untuk urusan karir, dengan berbagai hal yang harus dipertaruhkan.

Pelecehan seksual bukan hal yang mudah diungkapkan oleh seorang korban. Butuh kekuatan penuh dan risiko besar yang harus diambil. Mungkin saja, dengan angkat bicara, karir seseorang seumur hidupnya dipertaruhkan. Namun lewat Gretchen Carlson, kiranya kaum perempuan dikuatkan untuk berani bertindak untuk bicara atas kasus pelecehan seksual yang dialami, atau berani menolak tanpa merasa diintimidasi oleh rekan kerja atau atasan yang bermaksud melakukan pelecehan seksual. 

Bombshell juga sekaligus sebagai pengingat bahwa setiap orang berhak meraih peluang karir cemerlang tanpa harus mengorbankan hal yang paling berharga dalam hidupnya.

Recommended untuk ditonton? Buat saya sih, yes!

Personal score: 7/10.

Monday, November 25, 2019

Ford v Ferrari, Kisah Nyata Dunia Balap Mobil

Ford v Ferrari (indiewire.com)
Weekend kemarin saya nonton Ford v Ferrari. Why? Simpel, yang main Matt Damon, aktor favorit akuh. Murahan? Oyeaaa.. saya tipe orang yang nonton film tanpa nonton trailernya dulu atau cek ratenya. Selama aktornya favorit saya dan kira-kira lihat posternya bakal menarik (cetek bgt ya?!), saya pasti pilih itu duluan.

So, setelah nonton, nyesel ngga? Not a chance! Buat saya yang ngga paham dunia balap mobil, saya dipuaskan dengan histori yang ada di film Ford v Ferrari ini. Meskipun, kalo kamu mau compare review-review film yang lebih kritis lagi tentang film ini, mungkin review saya ngga ada apa-apanya, karena jujur saya ngga menguasai sejarahnya. Namun, setelah selesai nonton, saya coba baca-baca sedikit histori film ini. However, saya terhibur, karena itu saya tergerak buat mereview film ini.

Ford v Ferrari terletak pada dua inti cerita: yang pertama, persahabatan dua orang yaitu pembalap top pada masanya Ken Miles (Christian Bale) dan ex pembalap, Carroll Shelby (Matt Damon) yang kemudian jadi perancang mobil. Kisah persahabatannya kental banget, dan dikemas fun dan menyentuh. Kedua, tentang Ford dengan egonya mencoba untuk mengalahkan eksistensi Ferrari sebagai champion di dunia balap mobil. Kesombongan dan kapitalisme industri mobil Amerika ini cukup menonjol. Lagi-lagi saya jadi lumayan paham: ooh gini tho persaingan di industri mobil. Saya juga jadi sedikit paham karakter produsen mobil Eropa dan Amerika, meski ngga serta-merta bisa dijadikan patokan ya.

Kisah persahabatan yang maskulin banget, meski asik, nggak jarang saling tarik urat sampe tarik otot (rappler.com).
Film ini durasinya cukup lama, itu juga salah satu alasan saya dalam memilih film yang mau saya tonton. Karena seringkali di dalam durasi yang lama itu, tampak kepiawaian si sutradara dan scriptwriternya dalam meracik adegan dan dialog yang enak banget dinikmati. Dan di film ini, dialog-dialognya ngga ngebosenin, jokesnya ada, sarkasnya dapet, asik!

Latar belakang film ini yaitu Balapan 24 jam Le Mans tahun 1966. Sebetulnya background filmnya sedikit kurang tua, tahun 60an rasa 90an, yang terlihat 60an hanya mobil-mobilnya aja. Tapi buat saya ga jadi masalah.

Nah, buat kamu yang mau menikmati sejarah dua orang yang punya andil besar dalam kesuksesan Ford merebut posisi Ferrari di arena balap, yaitu si pembalap Ken Miles, dan si perancang andalan Ford GT40, Carroll Shelby, film ini bisa jadi hiburan tepat saat pulang kantor atau weekend. Selamat menonton!

My personal score would be 8/10 for this movie.

Baca review lainnya:
Black Panther
John Wick II

Monday, November 4, 2019

Hello, again!



Hellloooooo...
Rindu sangat dengan blog sendiri. Baru ini buka blog lagi setelah postingan terakhir 1 tahun 9 bulan yang lalu, wew! Cek-cek tulisan, banyak banget yang nyangkut di draft dan belum sempat ditulis. Alasan klise: ngga ada waktu, ngga sempet, sibuk! Blogger macam apa? Blogger-bloggeran, aka blogger kurang niat haha.

Oh well, here I am again. Berusaha rajinin lagi, menuangkan ide-ide di kepala yang udah di-mapping di otak tapi ngga juga tertuang dalam tulisan. Dari ide tulisan parenting, sharing perjalanan nyari sekolah SD untuk anak, ragam cerita profesi freelancer, tips-tips dan banyak lagi, kepending di hati dan otak, ngga terwujud dalam tulisan. Mudah-mudahan niat hari ini bisa langgeng dan ga tinggal niat semata yaa.

Di tulisan kali ini, saya mau say-hello lagi, dulu, menyapa pembaca blog saya (yakin punya pembaca? hahahahaha!). Beberapa alasan lama ngga menulis salah satunya karena akhir tahun 2017 lalu saya hamil anak kedua, lalu Juni 2018 saya melahirkan dan disibukkan mengurus bayi lagi, belum lagi bulan Juli-nya anak pertama saya mulai masuk sekolah TK. Jadi saya banyak menyesuaikan diri dengan ritme baru. Meskipun saya bekerja sebagai professional freelancer, yang konon ngga terikat aturan dan peraturan perusahaan, tapi tim kami menerapkan cuti 3 bulan seperti layaknya pegawai kantoran. Karena buat kami cuti melahirkan itu sakral, lagi heboh-hebohnya dan semangat-semangatnya menyusui, sekaligus dijadikan waktu untuk beradaptasi dengan situasi baru.

Setelah cuti melahirkan saya selesai, saya kembali meeting-meeting, bekerja seperti biasa, kemudian di tahun 2019 Tuhan mempercayakan kami dengan project yang cukup banyak sehingga waktu yang dipunya betul-betul hanya untuk pekerjaan, mengurus anak-anak dan rumah tangga, sesekali me-time. Liburan pun belum sempat! Ngeblog bisa dibilang prioritas terakhir, atau bahkan ga masuk prioritas, hiksss! Bahkan saya sama sekali ngga sempat mengabadikan perjalanan hamil dengan rencana persalinan VBAC (namun gagal) di blog ini. Mudah-mudahan lain waktu saya digerakkan untuk tetap menulis topik itu meskipun udah late post, setidaknya buat penyemangat ibu-ibu di luar sana yang punya pengalaman atau rencana serupa.

Dari sejak lahir anak kedua saya juga mengalami beberapa kali ganti ART, sampai akhirnya September 2018 lalu Tuhan kasih ART yang cukup baik dan awet, hingga dia memutuskan untuk berhenti di bulan Agustus 2019. Sebelumnya dari bulan Maret 2019, Si Mbak itu pun sempat pulang kampung dan kembali beberapa kali sampai betul-betul berhenti, dan itu membuat jadwal dan rutinitas saya cukup berantakan. Jadi-lah saya hanya mampu mengerjakan kewajiban-kewajiban dan rutinitas yang paling prioritas setiap harinya. Ngeblog? Boro-boro.

Kemudian, bulan September hingga awal November ini saya dan tim cukup disibukkan dengan event-event klien kami, yang baruuu banget selesai beberapa hari lalu. Baru inilah saya agak bisa nafas, dan itulah akhirnya saya bisa nulis hari ini. Meskipun, pas masih ribet-ribetnya event kemarin, kembali saya mengalami drama ART (drama yang kedua pasca si Mbak yang terakhir itu resign), yang tiba-tiba hari Jumat 1 November lalu minta pulang saat itu juga. Ibu-ibu yang pernah merasakan hal ini pasti tau rasanya kayak apa @#$%*^@(!%^$.

Berhubung kerjaan saat ini sudah agak longgar dibanding hari-hari sebelumnya, dan saya lagi lelah dengan gonta ganti ART yg belum juga oke (menurut saya), akhirnya saat ini saya mutusin ngga nyari ART dulu. Kayaknya sih kepegang, mudah-mudahan. Paling ribetnya kalo saya mau nyalon aja hahahaha... karena belum tega si adek yang 1 tahun 5 bulan ini kalo harus terpapar suara bising hair dryer dan bau cat rambutnya salon, belum lagi ribet kalo minta n**en wkwkwk.

Di tulisan ini tanpa sadar saya curhat doang... anggaplah sebagai pengantar ke tulisan-tulisan berikutnya lah yaaaa. Well, bye for now, sampai ketemu di tulisan saya berikutnya. ☺

Thursday, February 22, 2018

Review Film: Black Panther, Selamat Datang Superhero Terbaru Marvel di Layar Lebar

Black Panther movie (citymetric.com)
Helloooo 2018!

Banyak film yang udah ditonton dan dilewatkan untuk direview sejak review film terakhir John Wick, satu tahun lalu!

Sore ini saya movie date sama suami, dari pacaran kita paling seneng nonton film. Sampe sekarang, ngedate paling gampang, ngga makan waktu lama tapi enjoyable dan cukup buat refreshing sejenak buat saya dan suami itu ya nonton film di bioskop. Sebagai sesama pecinta film Hollywood action, thriller, dan sejenisnya, pilihan film saat nonton di bioskop memang selalu jatuh pada genre ini. Tapi bukannya anti genre film lainnya lho yaa. Suka juga kok dengan film genre lain, bahkan film Indonesia :)

Bulan lalu, setelah lihat trailer Black Panther, langsung film ini dimasukkan dalam next movie shopping list. Pas udah tayang, menggebu-gebu banget pengen cepet-cepet nonton karena di trailer rasanya film itu keren banget karena beberapa alasan:
1. Latarnya Afrika, which is jarang. Yang sudah-sudah, Marvel Superheroes kebanyakan berasal dari Amerika, sangat western.
2. Menambah deret karakter Marvel berbasis binatang. Dan Black Panther ini terkesan kuat, kokoh, keren.
3. Di trailer, saya merasa "jagoan" yang dimunculkan tuh ngga to the point, jadi bikin penasaran.

Ekspektasi saya cukup tinggi sama film ini. Saya merasa bakal puas banget. Untuk poin 1 dan 2, dapet banget. Budaya dan ritual Afrikanya melekat banget dalam film ini. Plus logat Afrikanya itu seru, ngomong bahasa Inggris dengan aksen Afrika, so cool. Banyak juga percakapan dalam bahasa "Afrika" meski ngga tau itu betulan bahasa Afrika atau ngga (maklum ngga pernah belajar bahasa Afrika).

Tapi untuk poin 3, ternyata unsur kejutannya ngga seperti yang diharapkan. Semua langsung dijembreng di awal. Meskipun ada bedanya dengan superhero berkarakter binatang lainnya seperti Spiderman atau Antman yang proses penjelmaan jadi superhero biasanya karena kegigit hewan tersebut atau dari penelitian. Kalo ini ngga neko-neko, bila seseorang dinobatkan menjadi Raja Wakanda ya otomatis jadi Black Panther.

Intisari cerita ini sebetulnya bagus, dimana Wakanda, negeri yang super kaya dengan vibranium ini menyembunyikan kekayaan negerinya karena takut disalahgunakan oleh negara lain, karena prinsip negeri ini sesimpel menjaga kedamaian negeri dan ngga mau terlibat dengan konflik-konflik di luar negeri. Sayang, adegan actionnya menurut saya kurang epik. Adegan action yang paling saya suka yaitu waktu di Busan, Korea.
Sumber: nytimes.com
Film ini mengambil tempat di wilayah asal Black Panther, konfliknya masih di lingkup negeri Wakanda, belum keluar dari situ. Seperti Thor di awal yang latarnya full di Asgar (asli garut, eh) Asgard dan belum keluar dari Asgard. Tebakan saya, Black Panther nantinya akan jadi seperti Thor juga, keluar dari Wakanda, bergabung dengan negara lainnya to save the world. Ini hanya permulaan aja, jadi urusannya masih ngeberesin konflik internal.

Intinya adalah, kesan yang saya dapet nonton film ini kayak waktu Nonton Wonder Woman. Gal Gadot actingnya keren banget, tapi aksi laganya kurang epik. Karakter T'Challa itu kuat banget, dan Chadwick Boseman memerankan karakter T'Challa dan Black Panther tanpa cacat. Tapi aksi-aksinya belum begitu mengesankan buat saya. Namun secara keseluruhan, film ini tetap menghibur. Memang ngga bisa expect banyak karena film ini baru awal. Di sekuel berikutnya pasti lebih banyak kejutan yang lebih keren.

Maaf lho, reviewnya susah banget buat ngindarin spoiler :D

My personal score for this movie: 6/10.

Monday, October 9, 2017

Cetaphil: Ahlinya Kulit Sensitif


Halooo ladies!
Udah lama ngga ngeblog nih :( Itulah PR seorang blogger, yaitu konsisten ngeblog! Dan saya belum lulus soal yang satu ini.. huff. Apalagi kalo kerjaan lagi menggunung.

Anyway, saya mau share kegiatan yang saya ikuti seminggu lalu, yaitu Blogger Gathering Cetaphil X Guardian yang mengusung tema "An Intimate Soiree with Andien". Seru? Udah pasti!

Pertama-tama blogger diajak photo competition dulu di booth Cetaphil, sambil tour guna mengenal produk Cetaphil, yang ditujukan bagi kulit sensitif ini. Jujur, pertama lihat boothnya, ada tulisan "Sensitive Skin Care", membuat aku berpikir keras, jangan-jangan ini produk yang saya butuhkan. Terus aku mulai meneliti produknya, yaitu nonkomedogenik, soap-free, perfume free, direkomendasikan oleh dermatologist pula. Naksir dengan produk ini langsung, mana lagi diskon kan (penting tuh!).

Tapi sebelum memutuskan untuk boyong pulang produk, aku coba lihat dulu paparan dari Cetaphil tentang produk ini biar lebih paham. Aku sering lihat sebetulnya di apotik-apotik, tapi aku ngga banyak tahu tentang produk ini. Ternyata Cetaphil sudah eksis di dunia kesehatan kulit sensitif selama lebih dari 40 tahun!

Kulit sensitif di sini bisa berminyak, atau kering atau bahkan berjerawat. Andien, sebagai brand ambassador Cetaphil, ikut berbagi pengalaman bagaimana dulu dia punya masalah kulit wajah. Kulitnya sangat kering tapi berjerawat juga. "Biasanya kalo punya kulit berjerawat fokusnya mengobati jerawat sehingga memilih produk khusus untuk kulit berjerawat dan itu malah membuat muka kusam," kenang Andien. Produk khusus jerawat biasanya ga melembapkan dan cenderung membuat kulit makin kering. Akhirnya Andine dikenalkan produk Cetaphil ini oleh seorang sahabatnya laki-laki. Buat Andien, yang penting itu menyehatkan kulitnya dulu, kalo produk perawatan kulit yang dipilih sudah tepat, jerawat dengan sendirinya ikut terminimalisir.
Andien berbagi pengalaman menggunkan Cetaphil.

Somehow, saya setuju sama Andien. Saya punya kulit berjerawat tapi ngga berminyak banget juga. Saya ngga begitu paham jenis kulit saya. Di bagian-bagian tertentu ada yang agak kering atau normal. Di bagian lagin cukup berminyak. Sepertinya jenis kulit kombinasi. Penting banget buat kita ngerti jenis kulit kita apa, sehingga meminimalkan masalah pada kulit wajah.

Kesalahan saya dalam perawatan kulit wajah selama ini antara lain:
1. Pilih produk yang cenderung mengandung sabun
2. Tergiur dengan produk acne clearing
3. Masih pakai bedak padat
4. Tiba-tiba suka pakai krim malam vitamin E, yang katanya cocok untuk semua jenis kulit. Memang sih enak rasanya lembap, tapi sepertinya ini membuat kulit saya kadang makin berminyak.

Produk Cetaphil, khususnya Cetaphil Gentle Cleanser, meskipun untuk kulit sensitif, bisa digunakan buat jenis kulit manapun. Karena formulanya soap-free, bikin kulit ngga kering sehabis dibersihkan. Kalau biasanya menggunakan sabun muka itu kesat, tapi lain dengan Cetaphil. Saat diaplikasikan ke wajah dan dibersihkan dengan air, Cetaphil tidak meninggalkan lengket di kulit, tapi membersi rasa lembap.

Cetaphil Gentle Cleanser ini perfume free juga. Ini kelebihannya:
1. Cocok untuk semua jenis kulit
2. Ideal untuk wajah dan seluruh tubuh
3. Tidak menyebabkan iritasi kulit
4. pH seimbang dan bebas sabun
5. Dapat digunakan dengan atau tanpa air

Tanpa air? Serius? Ternyata iya, saya coba usapkan di tangan pada saat acara berlangsung, lalu usap pakai kapas. Ngga ada lengket sama sekali. Seperti pakai milk cleanser aja. Lalu di rumah saya coba begitu juga, dan yes, enak sih. Tapi sebaiknya pakai air saja kalo ada. Tanpa air gunakan saat urgent lagi di jalan atau lagi kepepet. Dan usapkan toner setelahnya. Intinya, jangan dibiarkan begitu aja ya, habis pakai Cetaphil, harus tetap dibasuh dengan air atau usap sisa-sisanya dengan kapas.

Saya baru beberapa minggu pakai Cetaphil Gentle Cleanser. Saya pakai untuk membersihkan wajah aja. Kalo untuk mandi juga nanti cepat habis, sayang hahahaha. Kesan pertama saya enak pakai produk ini.. Untuk orang yang terbiasa menggunakan sabun pembersih, mungkin awal-awal ngga terbiasa ya pakai Cetaphil. Sabun pembersih itu biasanya mengandung banyak busa dan meninggalkan rasa kesat yang membuat kita merasa "bersih tuntas". Padahal sabun pembersih yang meninggalkan rasa kesat kemungkinan membuat kulit kering dan perlu dipertanyakan kandungan kelembapannya. Sementara, Cetaphil Gentle Wash ngga menghasilkan busa sama sekali saat diaplikasikan. Tak kesat dan tak terasa kering di kulit, kelembapan kulit pun terjaga.
Kiri: sebelum Cetaphil diaplikasikan. Teksturnya seperti gel, agak putih bening.
Kanan: setelah diaplikasikan ke wajah, bercampur dengan sebum dan kotoran, warna jadi agak putih susu.

Saat ini jerawat-jerawat saya lagi kalem, mungkin ada pengaruh hormon plus pakai Cetaphil Gentle Wash juga. Yang jelas saya ga mengalami efek negatif apapun menggunakan Cetaphil.

Kebetulan saat acara kemarin, saya memenangkan kompetisi foto di Instagram, dan berhadiah beauty box keren dari Cetaphil. Jadi ngga jadi beli deh hehe. Aku coba dulu hadiah Cetaphil Gentle Wash ini. Kalo cocok sampe habis, bakalan rajin hunting diskon ni hahahaha.
Hadiah beauty box dari Cetaphil.

Buat yang mau coba, silahkan yaa, aku rekomen banget! Jangan lupa share pengalaman kamu di komen. Akhirnya, selamat mencoba dan semoga cocok! ;)


Saturday, April 29, 2017

Pengalaman Seru Diagnosa Rambut dengan Kerastase di Irwan Team Hairdesign

Pengalaman Seru Diagnosa Rambut dengan Kerastase

Halo semua. Back again after a while. Kali ini saya mau berbagi pengalaman perawatan rambut beberapa hari lalu.

Februari lalu saya mendaftar untuk mendapatkan satu buah voucher gratis diagnosa dan perawatan rambut di situs myverypersonalcare.com. Saya pilih Irwan Team Hairdesign di Bintaro Xchange sebagai tempat perawatan. Berhubung jadwal cukup padat belakangan ini, dan saya belum ada waktu untuk datang ke salon, tadinya saya udah merelakan untuk ngga pakai vouchernya. Tetapi saya pikir-pikir lagi untuk mencoba saja, berhubung ada waktu. Jadi Sabtu 29 April saya langsung datang ke Irwan Team, karena saat weekend tidak bisa booking via telepon dan diminta langsung datang mengantri. Akhirnya voucher ini saya pakai juga, which is very last minute, H-1 sebelum voucher expired hahaha.

Begitu sampai di salon, resepsionis menyambut ramah. Saya langsung utarakan maksud saya menggunakan voucher. Tak perlu menunggu lama, 15 menit kemudian, saya dipersilahkan untuk melakukan perawatan rambut. Berikut ini tahapannya.

1. Diagnosa rambut 

Ini langkah pertama perawatan, untuk menentukan produk perawatan rambut yang cocok untuk rambut saya. Diagnosa rambut dilakukan menggunakan alat seperti kamera kecil dengan lensa pembesar (mungkin seperti mikrospkop ya) yang bisa melihat kondisi kulit kepala dengan jelas.

Setelah diagnosa, fakta kondisi kadar minyak di rambut saya normal, tidak berlebih. Nice to know, hahaha. Namun, ternyata di rambut saya ada sedikiiiit ketombe, hiks. Perasaan rambut saya bersih-bersih aja deh, karena tidak gatal dan ga pernah ada tampak ketombe di kepala, apalagi sampai jatuh ke bahu (jangan sampeee!). Saking alatnya canggih, jadi calon ketombe yang tak kasat di lapisan dalam kulit kepala pun terlihat dengan alat diagnosa. So, jangan keburu girang ya kalau rambutmu terasa bersih-bersih aja, karena bisa saja ada ketombe hahaha (nyari temen).

Lalu saya tanya mengapa rambut saya yang bersih ini bisa ada ketombenya. Ternyata itu karena saya keramas setiap hari, jd ketombe ngga sempat numpuk di kepala saya. Ah, syukurlah!

Namun meskipun demikian, sebenarnya keramas setiap hari itu tidak dianjurkan. Yang benar adalah setiap dua hari sekali. Kalo setiap hari, lapisan rambut bisa rusak dan rambut jadi kering. Kalau pun terpaksa keramas setiap hari, harus menggunakan kondisioner supaya rambut tidak kering.

Setelah diagnosa selesai, diputuskanlah oleh staf salon untuk menggunakan produk perawatan anti ketombe dalam perawatan rambut saya.

2. Cuci rambut

Tahap kedua, cuci rambut. Dalam tahap ini pencucian rambut dilakukan dua kali, lalu diberi kondisioner. Saya mau jujur, pijatan staf yang mencuci rambut saya enaaaak banget! Lembut, dan ga terburu-buru, tapi terasa cukup kencang (saya penggemar pijatan kencang hahaha). Pijatannya terasa menenangkan dan melenturkan otot-otot di kepala dan leher. Irama pijatan sangat teratur. Haduh ini sih dimanjain banget. Next time jadi pengen cobain perawatan creambath di Irwan Team Hairdesign.

3. Pemberian Tonic Kerastase 
Tonic Kerastase Specifique Cure Anti-Pelliculaire
Selesai cuci rambut, lanjut ke pemberian tonic Kerastase Specifique Cure Anti-Pelliculaire. Serum ini spesifik untuk perawatan kulit kepala yang mengatasi masalah ketombe dan menyeimbangkan minyak berlebih. Sensasi dingin membuat kulit kepala terasa segar. Stafnya dengan telaten meneteskan tonic secara merata di seluruh kulit kepala saya.

4. Blow
Setelah diblow oleh tim Irwan
Ini dia bagian paling ditunggu. Nyalon tanpa blow itu bagaikan ambulans tanpa uwiw uwiw (eh?!). Staf salon ngeblownya enak, ngga sakit ditarik-tarik rambutnya, seperti beberapa salon yang pernah saya kunjungi. Hasilnya luar biasa, rambut ombak badai saya mendadak lurus rapi seketika, seperti baju habis diseterika. Siapa yang tahan untuk ga selfie?

Mandatory selfie setelah nyalon
Sayang sekali saya perginya last minute, karena saya jadi ngga bisa rekomendasi beberapa teman saya yang akhirnya ngga sempat mencoba perawatan rambut yang sangat bagus ini.

Terima kasih Kerastase dan Irwan Team Hairdesign, sudah diberi kesempatan untuk merasakan perawatan rambut yang super excellent. Tunggu kedatangan saya di lain waktu yaa (hhh, kayak saya artis aja!). Keep up the good work!
© Stories from An Affogato Lover
Maira Gall