Saturday, April 4, 2020

15 Sisi Positif Pandemi Corona

Ternyata corona tidak hanya bawa dampak negatif, tapi juga positif.
Khawatir, takut, cemas, jenuh, stres, bingung dan segudang perasaan tidak enak lainnya sudah kita rasakan sejak awal Covid-19 menembus negeri kita di tanggal 2 Maret 2020 pasca Pak Jokowi mengumumkan pasien positif corona.

Tidak lama setelahnya, 16 Maret 2020 social distancing dan himbauan lainnya diterapkan untuk mencegah penyebaran virus lebih luas. Masyarakat diminta untuk #jagajarak sosial dan melakukan kegiatan apapun #dirumahaja. Minggu pertama terlihat sambutan masyarakat terhadap social distancing ini cukup positif, jalanan dan tempat publik sepi, artinya cukup berjalan efektif, orang-orang langsung ngendon di rumah: ada yang Work From Home (WHF), menemani anak Study From Home (SFH), dan seterusnya.

Minggu kedua, orang mulai jenuh, ini tampak dari isi Instagram mereka. Masuk minggu ketiga, cobaan tambah berat, tapi kalo saya lihat, rasanya orang-orang jadi lebih berserah, sehingga meski stres, tapi terlihat berusaha menikmati, menyibukkan diri, jadi lebih kreatif untuk memanfaatkan waktu.

Itu semua membuat saya terinspirasi untuk menulis artikel ini, setelah melihat banyak hal positif yang bisa kita petik dari dampak social distancing akibat corona. So, here goes, get your coffee, this is going to be a quite long reading, lol! :D

Berikut Ini 15 Sisi Positif Pandemi Corona

1. Jadi lebih dekat dengan keluarga

Dalam kondisi normal, orang tua dan anak-anak bisa berkumpul bersama hanya beberapa jam saja dalam satu hari. Sejak social distancing, hampir 24 jam bersama terus, dan hampir semua kegiatan dilakukan bersama. Jadinya, antar anggota keluarga semakin dekat satu sama lain. 

2. Kenalan dengan berbagai aplikasi virtual meeting

Tadinya mungkin nggak banyak yang pakai aplikasi virtual meeting untuk kegiatan sehari-hari, tapi sejak social distancing diterapkah, kebutuhan menggunakan aplikasi semacam Google Hangout, Zoom, Microsoft Team untuk WFH dan SFH jadi tinggi. Sisi positifnya, masyarakat jadi naik level lagi dalam penggunaan teknologi. 


3. Lebih kreatif, lebih aktif

Kakak saya ngecat tembok rumahnya cukup unik saking isengnya untuk isi waktu. Beberapa teman banyak membuat kreasi mainan edukasi untuk aktivitas harian anaknya.


4. Lebih banyak gerak

Dari tiktokan, exercise sendiri di rumah hingga jalan pagi atau menemani anak bersepeda sambil berjemur. Rupanya #dirumahaja malah bikin rajin buat gerak. Tidak bisa keluar rumah pun ngga menyurutkan semangat olahraga, karena bisa dilakukan dengan live streaming juga!

5. Ada waktu lebih buat bersantai

Biasanya, hari-hari terlalu sibuk untuk kerja, urus anak, urus rumah tangga, urus perintilan dari yang penting banget sampe yang kurang penting. Hiburannya biasanya weekend doang, itu juga nggak cukup. Saat ini, waktu kerjanya berkurang, waktu bersantai bisa bertambah. Di sela-sela kegiatan jadi bisa Netflix-an, atau tidur siang. Kapan lagi bisa begini? Yihaaaa!

6. Rajin masak dan makan makanan sehat

Beberapa orang yang tadinya tampak jarang masak (mungkin nggak sempat karena sibuk), sejak #dirumahaja, jadi makin rajin masak karena merasa lebih aman, lebih bersih, lebih sehat dan lebih fun. Masak juga berfungsi sebagai self-therapy untuk mengusir kebosanan.

Karena rajin masak pula, jajan di pinggir jalan jadi jauh berkurang. Kita juga jadi lebih sadar untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi makanan bernutrisi supaya nggak rentan terinfeksi virus.

7. Bumi juga makin sehat

Nggak hanya kita yang makin sehat, bumi pun istirahat dari polusi kendaraan hasil bermacet-macetan dari aktivitas masyarakat sehari-hari. Bahan bakar pun terjaga suplainya. Sejak social distancing, jalanan menjadi sepi, tingkat polusi berkurang jauh, udara di luar jadi lebih sehat untuk dihirup. Semoga, ini pertanda baik untuk kehidupan kita selanjutnya. Dan ketika pandemi berakhir nanti, tetap jaga bumi, ya!

8. Tiba-tiba jadi guru!

Aha! Ini buat para ortu yang anaknya SFH, mendadak kudu jadi guru di rumah. Minggu pertama mungkin banyak yang kagok, atuh susah ngajarin anak, susah sabarnya hahahaha! Lama-lama kayak kebiasa (apa engga juga? hahaha..), karena udah jadi kewajiban rutin harian. Toh, ngga saklek banget juga kayak belajar di sekolah harus dari jam sekian sampai jam sekian, lebih fleksibel, jadi masih bisa lah, ya!

9. Berkebun

Nah, yang satu ini saya kerjain, berkebun sederhana. Rapiin pot yg udh acak adut ga kepegang selama berbulan-bulan akibat sibuk banget tahun lalu. Akhirnya dirapiin dikit-dikit, ngerjainnya dicicil, sesempatnya dan semoodnya. Oya, saya juga jadi nyobain nanam bayam, lumayan kan 1x panen bisa buat 1x nyayur, bisa bikin konten: This is from my own garden, ciyeeehh! Teteup, konten! Hahahaha..
Spinach is on the way

10. Rajin masak dan bikin kreasi camilan bareng anak

So far saya udah bikin coklat bar lapis biskuit, risol, mie ayam. Next: dalgona coffee yg lagi hype. Dan kegiatan bebikinan makanan ini disuka banget sama anak pertama saya, jadi sekalian buat bonding activity, walau kadang-kadang:
Anak: Mama aku boleh nggak tuang tepung?
Mama: Mama aja ya, nak, kan kamu belum tau takarannya.
Anak: Trus aku apa dong?
Lalu rada ribut deh hahahahaha.. ya di situ sih serunya, darting-darting dikit trus manis-manis lagi :D

11. Jadi extra care dengan kebersihan

Walau tadinya udah cukup "ketat" sama kebersihan, tapi ini lebih ketat lagi. Lebih army lagi gayanya kalo ada kotor-kotor: cuci tangan cepat, jangan kucek-kucek mata, hayo bersin ditutup! Anak pertama saya malah lebih aware dibanding saya untuk bersin ditutup pakai lengan (karena saya dari dulu tutup pakai tangan), dan dia ajari saya: Mama kalau bersin jangan tutup pakai tangan, tapi pakai lengan, nanti kan tangannya jadi kotor kena bersin, trus pegang sesuatu, bahaya. Trus aku ngikutin dia dong sekarang, dan ga pernah bersin tutup pakai tangan lagi *grind*.

12. Lebih menghargai profesi orang lain

Mungkin beberapa profesi sebelumnya dianggap lebih hebat dan lebih dihargai oleh sebagian orang. Tapi sekarang, setiap lapisan masyarakat semakin menaruh apresiasi terhadap profesi apapun. Mulai dari tenaga medis dari dokter, perawat, petugas lab hingga petugas kebersihan yang terjun langsung menangani para pasien Covid-29 dan bersedia mengambil risiko tertular virus, jarang bertemu keluarga, kurang istirahat, dan sejuta konsekuensi lainnya; hingga para pekerja harian yang berjuang pulang ke rumah setiap hari membawa rejeki bagi keluarga seperti: ojek online, taksi online, pedagang makanan, dan profesi lainnya terutama yang tidak bisa dilakukan secara remote atau WFH seperti barista kopi, pegawai restoran, pegawai di supermarket yang mana pengunjungnya masih terus ada. Shout out buat kalian!

13. Empati semakin tumbuh

Dari menghargai pekerjaan orang lain itu, lalu empati masyarakat semakin tumbuh. Sehingga banyak pihak yang turut mengambil bagian untuk berdonasi, misalnya menyumbangkan APD bagi para tenaga medis di rumah sakit-rumah sakit, aksi belanja sembako buat para supir ojek online atau mereka, para pekerja harian. Bahkan pemerintah pun mengeluarkan kebijakan yang cukup melegakan bagi para pengusaha UMKM dan pekerja harian tadi dengan memberikan relaksasi angsuran kredit. Sungguh indah, ya!

14. Bangsa bersatu karena virus

Biasanya Tim A sahut-sahutan sama Tim B nunjukin pro sama tokoh politik tertentu terus menjelekkan tokoh lainnya. Biasanya oknum di DPR sana celoteh nggak karuan asal "njeplak". Kadang pejabat pemerintah ada aja yang komen nyeleneh trus netijen kesenengan nyambut dengan bikin viral. Tapi, udah satu bulan ini, rasanya semua itu lagi cuti. Dari pihak pemerintah yang terdengar hanyalah upayanya untuk terus berjuang mengatasi situasi dan berusaha ngademin hati rakyat yang udah cukup panik dibuat corona jelek ini. Trus netijen juga jadi lucu-lucu postingannya di media sosial, nggak bikin emosi netijen lain seperti di masa lalu.

15. Semakin dekat dengan Tuhan dan lebih banyak bersyukur

Di kala kondisi normal, mungkin tanpa sadar kita kurang bersyukur, namun saat kondisi begini, kita kembali diingatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Kita jadi lebih sering berdoa, baik untuk diri sendiri, maupun orang lain. Selain itu kita juga lebih mensyukuri betapa berharganya kesehatan yang Tuhan beri untuk kita.

See, kalau kita mau lihat sisi positifnya, and keep counting our blessings, it's not that bad, huh?!

Yuk, lanjutin keadaan baik ini sampai kapanpun, walau corona nanti sudah berlalu. 

No comments

Post a Comment

© Stories from An Affogato Lover
Maira Gall