Monday, November 25, 2019

Ford v Ferrari, Kisah Nyata Dunia Balap Mobil

Ford v Ferrari (indiewire.com)
Weekend kemarin saya nonton Ford v Ferrari. Why? Simpel, yang main Matt Damon, aktor favorit akuh. Murahan? Oyeaaa.. saya tipe orang yang nonton film tanpa nonton trailernya dulu atau cek ratenya. Selama aktornya favorit saya dan kira-kira lihat posternya bakal menarik (cetek bgt ya?!), saya pasti pilih itu duluan.

So, setelah nonton, nyesel ngga? Not a chance! Buat saya yang ngga paham dunia balap mobil, saya dipuaskan dengan histori yang ada di film Ford v Ferrari ini. Meskipun, kalo kamu mau compare review-review film yang lebih kritis lagi tentang film ini, mungkin review saya ngga ada apa-apanya, karena jujur saya ngga menguasai sejarahnya. Namun, setelah selesai nonton, saya coba baca-baca sedikit histori film ini. However, saya terhibur, karena itu saya tergerak buat mereview film ini.

Ford v Ferrari terletak pada dua inti cerita: yang pertama, persahabatan dua orang yaitu pembalap top pada masanya Ken Miles (Christian Bale) dan ex pembalap, Carroll Shelby (Matt Damon) yang kemudian jadi perancang mobil. Kisah persahabatannya kental banget, dan dikemas fun dan menyentuh. Kedua, tentang Ford dengan egonya mencoba untuk mengalahkan eksistensi Ferrari sebagai champion di dunia balap mobil. Kesombongan dan kapitalisme industri mobil Amerika ini cukup menonjol. Lagi-lagi saya jadi lumayan paham: ooh gini tho persaingan di industri mobil. Saya juga jadi sedikit paham karakter produsen mobil Eropa dan Amerika, meski ngga serta-merta bisa dijadikan patokan ya.

Kisah persahabatan yang maskulin banget, meski asik, nggak jarang saling tarik urat sampe tarik otot (rappler.com).
Film ini durasinya cukup lama, itu juga salah satu alasan saya dalam memilih film yang mau saya tonton. Karena seringkali di dalam durasi yang lama itu, tampak kepiawaian si sutradara dan scriptwriternya dalam meracik adegan dan dialog yang enak banget dinikmati. Dan di film ini, dialog-dialognya ngga ngebosenin, jokesnya ada, sarkasnya dapet, asik!

Latar belakang film ini yaitu Balapan 24 jam Le Mans tahun 1966. Sebetulnya background filmnya sedikit kurang tua, tahun 60an rasa 90an, yang terlihat 60an hanya mobil-mobilnya aja. Tapi buat saya ga jadi masalah.

Nah, buat kamu yang mau menikmati sejarah dua orang yang punya andil besar dalam kesuksesan Ford merebut posisi Ferrari di arena balap, yaitu si pembalap Ken Miles, dan si perancang andalan Ford GT40, Carroll Shelby, film ini bisa jadi hiburan tepat saat pulang kantor atau weekend. Selamat menonton!

My personal score would be 8/10 for this movie.

Baca review lainnya:
Black Panther
John Wick II

Monday, November 4, 2019

Hello, again!



Hellloooooo...
Rindu sangat dengan blog sendiri. Baru ini buka blog lagi setelah postingan terakhir 1 tahun 9 bulan yang lalu, wew! Cek-cek tulisan, banyak banget yang nyangkut di draft dan belum sempat ditulis. Alasan klise: ngga ada waktu, ngga sempet, sibuk! Blogger macam apa? Blogger-bloggeran, aka blogger kurang niat haha.

Oh well, here I am again. Berusaha rajinin lagi, menuangkan ide-ide di kepala yang udah di-mapping di otak tapi ngga juga tertuang dalam tulisan. Dari ide tulisan parenting, sharing perjalanan nyari sekolah SD untuk anak, ragam cerita profesi freelancer, tips-tips dan banyak lagi, kepending di hati dan otak, ngga terwujud dalam tulisan. Mudah-mudahan niat hari ini bisa langgeng dan ga tinggal niat semata yaa.

Di tulisan kali ini, saya mau say-hello lagi, dulu, menyapa pembaca blog saya (yakin punya pembaca? hahahahaha!). Beberapa alasan lama ngga menulis salah satunya karena akhir tahun 2017 lalu saya hamil anak kedua, lalu Juni 2018 saya melahirkan dan disibukkan mengurus bayi lagi, belum lagi bulan Juli-nya anak pertama saya mulai masuk sekolah TK. Jadi saya banyak menyesuaikan diri dengan ritme baru. Meskipun saya bekerja sebagai professional freelancer, yang konon ngga terikat aturan dan peraturan perusahaan, tapi tim kami menerapkan cuti 3 bulan seperti layaknya pegawai kantoran. Karena buat kami cuti melahirkan itu sakral, lagi heboh-hebohnya dan semangat-semangatnya menyusui, sekaligus dijadikan waktu untuk beradaptasi dengan situasi baru.

Setelah cuti melahirkan saya selesai, saya kembali meeting-meeting, bekerja seperti biasa, kemudian di tahun 2019 Tuhan mempercayakan kami dengan project yang cukup banyak sehingga waktu yang dipunya betul-betul hanya untuk pekerjaan, mengurus anak-anak dan rumah tangga, sesekali me-time. Liburan pun belum sempat! Ngeblog bisa dibilang prioritas terakhir, atau bahkan ga masuk prioritas, hiksss! Bahkan saya sama sekali ngga sempat mengabadikan perjalanan hamil dengan rencana persalinan VBAC (namun gagal) di blog ini. Mudah-mudahan lain waktu saya digerakkan untuk tetap menulis topik itu meskipun udah late post, setidaknya buat penyemangat ibu-ibu di luar sana yang punya pengalaman atau rencana serupa.

Dari sejak lahir anak kedua saya juga mengalami beberapa kali ganti ART, sampai akhirnya September 2018 lalu Tuhan kasih ART yang cukup baik dan awet, hingga dia memutuskan untuk berhenti di bulan Agustus 2019. Sebelumnya dari bulan Maret 2019, Si Mbak itu pun sempat pulang kampung dan kembali beberapa kali sampai betul-betul berhenti, dan itu membuat jadwal dan rutinitas saya cukup berantakan. Jadi-lah saya hanya mampu mengerjakan kewajiban-kewajiban dan rutinitas yang paling prioritas setiap harinya. Ngeblog? Boro-boro.

Kemudian, bulan September hingga awal November ini saya dan tim cukup disibukkan dengan event-event klien kami, yang baruuu banget selesai beberapa hari lalu. Baru inilah saya agak bisa nafas, dan itulah akhirnya saya bisa nulis hari ini. Meskipun, pas masih ribet-ribetnya event kemarin, kembali saya mengalami drama ART (drama yang kedua pasca si Mbak yang terakhir itu resign), yang tiba-tiba hari Jumat 1 November lalu minta pulang saat itu juga. Ibu-ibu yang pernah merasakan hal ini pasti tau rasanya kayak apa @#$%*^@(!%^$.

Berhubung kerjaan saat ini sudah agak longgar dibanding hari-hari sebelumnya, dan saya lagi lelah dengan gonta ganti ART yg belum juga oke (menurut saya), akhirnya saat ini saya mutusin ngga nyari ART dulu. Kayaknya sih kepegang, mudah-mudahan. Paling ribetnya kalo saya mau nyalon aja hahahaha... karena belum tega si adek yang 1 tahun 5 bulan ini kalo harus terpapar suara bising hair dryer dan bau cat rambutnya salon, belum lagi ribet kalo minta n**en wkwkwk.

Di tulisan ini tanpa sadar saya curhat doang... anggaplah sebagai pengantar ke tulisan-tulisan berikutnya lah yaaaa. Well, bye for now, sampai ketemu di tulisan saya berikutnya. ☺
© Stories from An Affogato Lover
Maira Gall