Sunday, August 9, 2015

Menyusui Itu Capek! Bohong Kalo Ada Yang Bilang Ngga...

Sekarang lagi Pekan ASI. Pekan ASI ini ga cuma diperingati di Indonesia, namun juga di dunia. World Breastfeeding Week. Tema Pekan ASI tahun ini: Breastfeeding and Work, Let's make it work!
www.worldbreastfeedingweek.org
Berdasarkan data AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), persentase Ibu yang memberikan ASI ekslusif bagi bayinya belum mencapai 50%. Sedih ya? Tetapi itu kenyataannya. Belum semua Ibu Indonesia mengerti arti pentingnya memberikan ASI bagi bayinya.

NIAT, NIAT, NIAT! 

Saya bingung dan sedih apabila ada Ibu yang cepat-cepat kasih susu formula kepada anak bayinya yang berusia kurang dari satu bulan dengan berbagai alasan (tentunya alasan non-medis). Apalagi kalo yang menganjurkan dokter anak atau obgyn. Rasanya pengen demo itu dokter. Kok tega banget ya menyurutkan kemauan dan kemampuan Ibu untuk menyusui.

Memberikan ASI memang membutuhkan perjuangan, dari mulai fisik maupun waktu. Apalagi bagi para Ibu bekerja kantoran. Perjuangannya dobel, selain berusaha supaya pekerjaannya bisa tetap lancar tapi juga menyempatkan waktu di sela-sela pekerjaan untuk tetap bisa memompa demi cita-cita memberikan ASI kepada bayinya hingga dua tahun. Kalau Ibu tanya gimana caranya supaya bisa berhasil, jawabannya cuma satu: NIAT!

Niat menyusui harus dimiliki dari sejak hamil. Tekad untuk menyusui harus dipupuk terus dari sejak janin di kandungan. Dengan begitu segala kekuatiran tentang menyusui bisa sirna begitu aja. Saya memiliki putra berusia 2 tahun 1 bulan, dan baru lepas ASI (disapih) kurang lebih 1,5 bulan yang lalu. Saya menyusui putra kecil saya dari usia 0 bulan hingga mendapatkan ASI ekslusif sampai 6 bulan, lalu lanjut terus hingga 1 tahun 4 bulan.

Ketika usia anak saya 1 tahun 4 bulan tersebut, stok ASI saya sudah sangat menipis, tidak cukup lagi untuk kebutuhan ASI hariannya. Lalu saya mengkombinasikannya dengan memberi susu formula tambahan. Namun saya tetap memompa dan menyusui anak saya di malam hari. Meski sekali mompa hanya dapat sekita 60 ml atau bahkan kurang dari itu, saya tetap semangat. Saya tetap memompa hingga anak saya usia 1 tahun 8 bulan.

Ketika lama-kelamaan hasil pompa saya sudah semakin sedikit (kurang lebih 30 ml sekali mompa). Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti memompa, kadang memompa 2 hari sekali ketika kira-kira ASInya sudah terkumpul dan bisa 'dipanen' hahaha. Meski berhenti memompa, saya tetap menyusui anak saya hingga dua tahun.

Menjelang dua tahun, saya mengurangi frekuensi menyusui dengan tujuan agar tidak terlalu sulit menyapihnya karena anak saya tipe yang doyan banget nyusu. Mungkin tagline dia saat itu "nenen is my favorit thing". Dari mulai menyusui tiap malam, lalu dua hari sekali, hingga seminggu sekali, hingga akhirnya dia lepas dari pelukan menyusui saya. Hiks.. sedih juga sih.. momen menyusui lenyap begitu saja. Tapi saya puas, puas karena dapat mewujudkan cita-cita dan menunaikan kewajiban dan tanggung jawab utama saya kepada anak saya: menyusui hingga dua tahun!

Mungkin ngga semua Ibu berhasil bisa menyusui hingga dua tahun, ada yang kurang ada yang lebih. Ngga masalah, yang penting tetap berusaha dan niat menyusui tetap dijalankan. Sekarang ini kampanye dan dukungan untuk menyusui terus digalakkan oleh berbagai pihak, dari mulai pemerintah, LSM hingga individu seperti saya. Dari mulai memberi penyuluhan tentang menyusui hingga menyediakan ruang laktasi bagi Ibu menyusui.

Tapi jangan salah, kampanye menyusui ini bukan ditujukan untuk membanggakan diri atau merasa ekslusif bagi Ibu yang berhasil menyusui, atau mengecilkan para Ibu yang tidak berhasil menyusui. Menyusui bayi bukan cuma supaya dibilang keren, lho, Bu! Tetapi karena mendapatkan ASI itu adalah hak bayi, dan tanggung jawab kita sebagai Ibu untuk memenuhinya. Jangan bilang "Situ enak, ASInya banyak, saya nih ASInya tipis banget." Semua masih bisa diusahakan kok. Banyak tips seputar menyusui yang beredar di internet yang bisa dibaca, belum lagi tips dari orang tua kita yang sudah lebih berpengalaman. Niat yang ada tinggal diwujudkan, lakukan dengan tekun, ga perlu pake stres, ga usah banyak mikir, ASI pasti ngalir. Ngga mungkin Tuhan pilih-pilih wanita A atau B atau C saja yang dikaruniai dengan ASI melimpah, sementara wanita lain ngga. Kalaupun ASI kita sedikit, tidak perlu minder. Kuncinya satu, tetap menyusui. Ada demand, ada supply. Itu aja yang perlu dipegang.
Photo: Aurimas Mikalauskas (Flickr)
Menyusui itu capek! Bohong banget kalo ada yang bilang ngga! 
Siapa yang bilang menyusui itu ngga capek? Kalau ada Ibu yang bilang menyusui itu ngga capek, saya mau dong kenalan, saya mau kasih selamat dan mau acungi jempol atas staminanya yang prima.

Apa sih di dunia ini yang ga bikin capek? Kerja pasti capek, hamil juga capek, badan pegal-pegal. Jadi kalo menyusui itu capek, ya udah wajar. Saya maklum kalo ada Ibu yang mengeluh capek menyusui. Pinggang kaku, menyusui sambil duduk maupun tidur miring. Rasanya mau patah. Capek yang lain lagi bangun tengah malam atau subuh ketika bayi minta nenen. Capek lainnya lagi yaitu harus cuci botol-botol ASIP, pompa, dll, dan menyiapkan semua perangkat pompa untuk ke kantor setiap hari.

Sebelumnya sejak kecil, saya belum pernah memiliki ART. Ibu saya mengerjakan semua sendirian, beliau adalah Ibu Rumah Tangga yang saya banggakan, panutan saya. Dari anak saya usia 3 bulan, Ibu saya membantu merawat anak saya ketika saya bekerja di kantor. Hingga usia anak 1 tahun 3 bulan, saya akhirnya mendapatkan ART untuk merawat anak saya. Puji Tuhan ARTnya baik dan awet hingga sekarang (semoga sampai seterusnya). Jadi dari anak saya lahir hingga berusia 1 tahun 3 bulan, saya cukup capek dengan aktivitas memompa dan menyusui.

Saya cuti dari hobi bersama suami sejak pacaran: nonton film di bioskop, selama hampir satu tahun. Saya ga punya waktu banyak untuk melakukan hobi, ber-me-time ria, luluran, pasang kuteks, maskeran, ke salon, facial, kongkow sama teman-teman karena saya keburu capek. Capek dengan rutinitas sehari-hari yang seakan berkejaran dengan waktu. Kalo pulang agak telat dari kantor, saya ga sabar nunggu angkutan umum yang lama datengnya, pake acara ngetem. Saya pasti langsung cegat taxi, karena PR saya di rumah yaitu: mandi, makan, cuci-cuci botol ASIP, mompa dan menyusui anak, masih setia menunggu. Weekend? Lebih capek lagi, saya harus cuci baju anak saya, momongin, dan tak lupa mompa. Mompa saat weekend itu lumayan banget buat nambahin stok.

Dari sederet rasa capek yang saya alami, ada rasa bahagia yang tak tergantikan. Semua keletihan terbayar melihat wajah puas anak saya ketika menyusu dan tertidur lelap. Masak sih, Ibu ngga mau ngerasain bahagia seperti yang saya rasain?

Menyusui = Prestasi


Sekali lagi, saya sharing sekaligus kampanye tentang menyusui ini bukan untuk menyombongkan diri, tapi untuk memotivasi diri dan para Ibu yang membaca blog saya. Saya sadar, mungkin ada banyak kendala yang ga saya alami, namun Ibu lainnya alami, ketika berjuang memberi ASI bagi bayinya.

Saya termasuk yang beruntung didukung seluruh keluarga untuk memberi ASI. Namun ada beberapa cerita yang saya temui, dimana keluarga Ibu ASI belum sepenuhnya mendukung Ibu untuk memberi ASI kepada bayinya.

Misalnya ada mertua yang bilang: "Anakmu itu laki, ngga akan cukup kalo nenen. Anak laki itu rakus kalo nenen, kasih susu formula juga dong!", ada lagi yang bilang "Anakmu kasih air putih kek, seret itu nenen terus." Belum lagi kalo ASI Ibu belum keluar pasca melahirkan, keluarga udah bisik-bisik aja "Udah kasih susu formula aja, kasihan bayinya haus, nangis terus."

Semua itu sebenarnya karena mereka belum mengerti betul dan belum mendapatkan informasi yang lengkap tentang menyusui. Nah, di sini Ibu perlu memperlengkapi diri dengan pengetahuan tentang menyusui agar ga mudah emosi dan stres mendengar semua celoteh pihak luar, dan bisa menjawab serta menjelaskan fakta yang sebenarnya tentang menyusui.

Untuk menyusui diperlukan motivasi, baik dari diri sendiri maupun pihak luar. Tapi yang paling utama Ibu harus bisa memotivasi diri sendiri. Ibu bisa bilang sama diri sendiri bahwa menyusui itu prestasi bagi Ibu, karena berhasil menaklukkan segala tantangan untuk terus mewujudkan cita-cita.

Ibu boleh bangga sama diri Ibu supaya Ibu tetap memiliki kekuatan untuk terus menyusui. Ibu bisa memberikan reward terhadap diri sendiri, misalnya satu hari spa di salon untuk menghilangkan capek sehingga tubuh tetap fit. Ibu juga bisa minta suami untuk memberi Ibu cuti dari tugas rumah tangga sesekali sebagai hadiah. Masih banyak hal lainnya yang bisa Ibu lakukan untuk memotivasi diri agar terus dapat melanjutkan perjalanan menyusui hingga dua tahun.

Memberi ASI = Berhemat

Memberi ASI bagi bayi itu manfaatnya segambreng. ASI memiliki kandungan DHA paling tinggi dari makanan apapun. ASI memiliki nutrisi paling baik bagi bayi. ASI itu makanan dan minuman tanpa efek samping, aman bagi pencernaan bayi. ASI juga penting untuk membentuk daya tahan tubuh bayi, kesehatan, tumbuh kembang dan kecerdasan otak bayi.

Dari sekian banyak alasan ilmiah tentang manfaat dan kebaikan ASI bagi bayi, ada manfaat yang semua Ibu pasti suka: ASI itu hemat! Ngga perlu dibeli, namun priceless, sangat berharga. Kalau masih susah terima tentang kebaikan ASI dari segi manfaat, mikir itu aja dulu yang paling gampang, menyusui itu hemat.

 Bayangin kalo Ibu memberi ASI tanpa tambahan susu formula kepada bayi Ibu selama dua tahun, berapa banyak uang yang sudah Ibu hemat?

Ayo (Semangat) Menyusui!

Buat para Ibu, mari kita sama-sama mengkampanyekan pemberian ASI kepada bayi. Kalau kita beri ASI pada bayi kita, yang untung kita juga kok, Bu. Bayi jadi ga gampang sakit, kita juga lebih tenang. Kalo anak gampang sakit kan kita juga yang repot dan kuatir. Kalau anak Ibu cerdas nantinya, yang senang Ibu juga kan? Ayolah Bu, saya ga nemu sedikitpun alasan lagi bagi para Ibu untuk ga menyusui bayi Ibu.

Mari kita sama-sama wujudkan anak sehat, generasi sehat. Ibu pasti bisa! Semangat terus yaaaaaaaaaaaaaa!!!

#ayomenyusui

.cis.

No comments

Post a Comment

© Stories from An Affogato Lover
Maira Gall